Don’t Hate Me

Don’t hate me

Cast       : Shin HaMi

Choi Minho

Author  : Laala

 

——————————————————————————————————————————–

 

“Yak!!! Kau!! Tidak bisakah kau membantuku??” Teriak seorang yeoja kepada namja yang sedang asik mendengar musik dari ipod nya

“Siapa yang kau maksud??” Jawab namja itu santai sambil melepas headset yang ia kenakan dengan santainya

“Tentu saja kau apa ada orang lain lagi di ruangan ini??” Yeoja itu menaikkan nada suaranya karena mulai geram

“Aish, aku punya nama, tidak bisakah kau memanggil namaku dengan sopan??” Jawab namja itu dengan angkuhnya

“Untuk apa memanggil orang tidak tahu diri seperti kau dengan sopan??”

“Apa maksudmu aku tidak tahu diri?? Sudahlah berisik sekali kau ini!!”

“Aish, tidak bisakah kau tidak membuatku makin susah??”

“Mwo?? Aku membuatmu makin susah?? Aku hanya duduk  bagaimana bisa membuatmu makin susah??”

“hhh, Minho yaa, tidak bisakah kau membantu membersihkan kelas ini juga agar kita dapat segera pulang??” Yeoja itu melemahkan nada suaranya

“Mengapa kau tidak berkata seperti itu dari tadi saja.”

“Aish, menyebalkan sekali kau ini!!”

“Yak!! Masih baik aku tidak menyuruhmu memanggilku sunbae. Aku kan lebih tua darimu.”

“Lebih tua setahun saja kau sombong. Ini buang sampahnya.” Jawab yeoja itu ketus sambil menyerahkan plastik sampah.

“Ne, hami-aah”

 

Itulah kegiatan wajib mereka, selalu bertengkar setiap harinya. Shin Hami dan Choi Minho. Ada saja sesuatu yang mebuat mereka selalu bertengkar dari hal kecil sekalipun.

 

Minho adalah murid pindahan dari Seoul. Ayah minho mendapat tugas untuk menjadi kontraktor bangunan di Goyangshi yang membuat minho dan keluarganya pindah ke Goyangshi kecuali kakak minho. Kakak minho memilih tetap tinggal di Seoul. Awalnya minho memaksa untuk tinggal bersama hyungnya, tapi karena orang tuanya tidak mengijinkan dengan terpaksa minho ikut pindah bersama orang tuanya dan masuk ke sekolah yang sama dengan Hami.

 

Hami POV

Drrt drrt. Hapeku bergetar saat aku sedang mengisi buku piket. Telpon, dari Gara oppa. Ada apa dengannya?

“Yoboseyo?? Oppa, wae??”

“Anii, ini onew. Hami-aah, kondisi Gara drop lagi.”

“Mwo?? Ada apa dengan Gara oppa??”

“Anii, tensinya turun lagi. Bisakah kau kemari dan membawakan buah. Aku tidak berani meninggalkannya sendiri.”

“Emm, ne. Aku akan kesana. Annyeong.”

 

Aku menutup telponnya. Gara oppa, aku mohon bertahanlah.

 

“Nuguya??”

“Eh?? Mwo??” Aish, namja menyebalkan ini lagi.

“Yang tadi menelponmu. Nuguya??”

“Anii, chingu oppaku. Apa kau sudah selesai membuang sampah?? Aku ingin pulang.”

“Ne, pulanglah.”

 

Aku segera meninggalkan kelas dan pergi ke toko buah terdekat. Aku membelikan beberapa buah dan ayam goreng untuk onew oppa. Dia pasti senang.

 

Aku menunggu bus tujuan rumah sakit di halte. Mengapa tidak ada ya??

 

Splash. Tiba-tiba ada motor yang melaju kencang dan melewati genangan air hingga air kotor itu mengenaiku. Jaket dan rokku jadi kotor karenanya

 

“YAK!!! Aish sincha!! Tidak bisakah kau berhati-hati sedikit!!”

“Mianhee. Eh?? Hami-aah.” Namja ini lagi mengapa aku terus bertemu dengannya (–˛ — º)

“Yak!! Kau!! Apa kau tidak bisa berhati-hati sedikit?? Kau membuat pakaianku kotor.”

“Mianhee.” Mwo?? Hanya mianhee. Namja tidak tahu diri. Aku mencoba membersihkan bajuku menggunakan tissue yang aku punya.

 

“Tidak akan bisa dibersihkan menggunakan itu.”

“Hh, wae kau masih di sini?? Pergilah.”

“Mau kemana kau??”

“Bukan urusanmu.”

“Yak!! Aku bertanya baik-baik padamu!!”

“Aku mau ke rumah sakit!!” Bentakku padanya

“Naiklah, aku akan mengantarmu.”

“Shirruh.”

“Yak!! Kau ini, sudahlah. Cepat naik.”

“Shirruh, aku naik bus saja.”

“Apa kau tidak malu naik bus menggunakan pakaian yang kotor seperti itu?? Sudahlah aku antar kau. Sekalian sebagai ucapan maafku.”

 

Aku berpikir sebentar. Benar juga apa yang di katakan minho. Ya sudahlah, lagian bus nya juga tidak datang-datang. Dengan ragu aku mencoba naik ke motornya.

 

“Apa kau yakin duduk dengan posisi seperti itu??” Maksudnya?? Apa yang salah dengan posisi dudukku??

“Mworago??”

“Sini,” Minho menarik lenganku untuk memeluknya. “Lebih aman jika seperti ini, kkaja.”

 

 

10menit. Hanya butuh 10 menit bisa membuat aku sampai di rumah sakit, rokku pun juga jadi kering. Kencang sekali namja ini mengendarai motornya.

 

“Sudah sampai, gomaptaa.”

“Ne. Chakamman.”

“Wae??”

“Ini, pakailah.” Minho memberikan jaketnya padaku.

“Tidak usah. Aku tidak apa-apa.”

“Aish kau ini. Sudahlah pakai saja. Aku pulang. Annyeong.”

 

Aku memakai jaket yang dipinjamkan minho. Entah mengapa sedari tadi di perjalanan jantungku berdegup kencang. Perasaan apa ini, mungkin aku hanya tidak terbiasa saja.

 

Aku langsung bergegas pergi ke ruang inap Gara oppa, dia tersenyum. Tapi wajahnya tetap pucat. ‘Oppa, cepatlah sembuh. Untukku, jebal’

 

———————————————————–

 

Hari ini aku berencana mengembalikan jaket milik minho. Aku melirik bangku tempatnya duduk, tapi hanya ada tasnya. Kemana lagi namja itu. Aku menanyakan kepada Taemin, teman duduk minho. Taemin mengatakan katanya Minho sedang di kantin.

 

Aku langsung pergi ke kantin. Entah mengapa aku ingin mengembalikan jaket ini sekarang padahal aku bisa menunggunya di kelas.

 

Aku tiba di kantin. Minho ada di meja pojok, sepertinya dia sedang tidur. Aku berjalan menghampirinya, tapi tiba-tiba saja ada yeoja yang menghampirinya. Dia membangunkannya, yeoja itu menggelayutkan lengannya ke lengan minho. Siapa yeoja itu, apa yeoja chingu minho??

 

Mereka berbincang-bincang. Sesekali minho tersenyum menanggapi omongan yeoja itu. Aku hanya melihat mereka dari kejauhan. Bel masuk sudah berbunyi, tapi aku tetap tidak beranjak, tetap memperhatikan minho dan yeoja itu.

 

Omo~ apa itu, yeoja itu mencium pipi minho. Mengapa dadaku sesak melihatnya?? Apa aku cemburu?? Tapi, aku tidak menyukai minho. Bagaimana bisa aku menjadi cemburu terhadap yeoja itu?? Aish, menyebalkan sekali. Aku langsung kembali ke kelas dan meninggalkan mereka.

 

Sesampainya di kelas aku hanya duduk diam. Seharian inipun aku tidak mendengarkan apa yang sonsengnim jelaskan. Bayangan yeoja dan minho terus berputar-putar di kepalaku. Aish, apa yang terjadi padaku.

 

Bel pulang sudah berbunyi, aku langsung berlari ke luar kelas. Sayup-sayup aku mendengar minho memanggil namaku. Tapi aku tidak memedulikannya. Yang aku inginkan hanya pulang dan menemui Gara oppa.

 

Minho POV

 

Sudah dua minggu ini aku tidak bertengkar dengan Hami. Ada apa dengannya?? Apa dia sudah bosan bertengkar denganku?? Atau, aku berbuat salah padanya?? Hari ini jadwalku piket, aku akan menggodanya. Akan aku buat dia kesal. Hehe

 

Hami sedang membersihkan kelas dan aku hanya duduk di meja guru. Biasanya dia akan memarahiku. 5menit. 10menit. Mengapa tidak ada respon darinya??

 

Aku mencari cara lain, aku menghamburkan sampah yang tadi sudah dia kumpulkan. Dia hanya menghela napas, ada apa dengannya??

 

“Yak, hami-aah?? Apa kau baik-baik saja??”

“Ne, gwenchana.”

“Kau tidak marah padaku, wae??”

“Anio,”

“Kau aneh.”

“Hem, memang. Kau boleh pulang kalau kau tidak tahan denganku. Aku akan membersihkannya sendiri.”

 

Ada apa dengannya?? Mengapa dia berkata seperti itu?? Apa aku sudah keterlaluan?? Anii, sepertinya dia saja yang sensitif.

 

——————————————————–

Akhir-akhir sangat membosankan. Hami tidak pernah menanggapi keisenganku lagi. Dan hari ini, hari ketiga dia tidak ke sekolah. Ada apa dengannya?? Apa dia sakitt?? Aku sungguh menghawatirkannya.

 

“Taemin-aah, akhir-akhir ini aku tidak melihat Hami, kemana dia??”

“Dia sedang izin.”

“Ohh. Taemin-aah, apa kau merasa ada yang berbeda dengan Hami??”

“Anii. Emm, mungkin dia kecapean.”

“Mwo?? Memangnya apa yang dia kerjakan??”

“Apa kau tidak tahu?? Oppa Hami sudah 2bulan terakhir di rawat di rumah sakit dan kedua orang tuanya sedang di tugaskan ke seoul. Mungkin dia sibuk merawat oppanya.”

“Jincha?? Mengapa aku tidak tahu sama sekali.”

 

Aku merasa sedih mendengar apa yang dikatakan Taemin. Apa sebaiknya aku mencarinya di rumah sakit sekarang?? Mungkin Hami sedang menjaga oppanya.

 

Aku sampai di rumah sakit, aku mencoba menanyakan pada receptionist. Benar apa kata Taemin, oppa Hami sudah 2 bulan di rawat di sini, dia terkena penyakit ginjal akut. Kasihan Hami. Mengapa tiba-tiba perasaanku menjadi campur aduk mendengarnya??

 

Aku langsung menuju ruang yang diberi tahukan suster tadi. Aku melihat Hami. Tapi, dia menangis. Ada apa dengannya?? Aku langsung mempercepat langkahku untuk menemuinya.

 

“Hami-aah, gwenchana??”

“Minho?? Apa yang kau lakukan di sini??” Hami langsung menghapus air matanya saat menyadari keberadaanku.

“Ada apa dengan oppamu?? Apa dia baik-baik saja??”

“Oppa, Gara oppa harus segera di operasi. Jika tidak dia tidak bisa hidup lebih lama.” Hami kembali meneteskan air matanya. Aku memeluknya. Menepuk pundaknya untuk menenangkannya.

 

“Aku percaya oppamu akan baik-baik saja.”

“Emm. Gomawo minho yaa.” Aku melepaskan pelukanku. Aku menatapnya dan menghapus air matanya.

 

 

Sudah seminggu secara rutin aku mengantar Hami ke rumah sakit setelah pulang sekolah. Oppa Hami pun sudah mulai berangsur membaik.

 

“Apa kau tidak bosan setiap hari menemaniku di sini??”

“Ani.. Aku.. Aku hanya tidak ada kerjaan jadi selalu ke sini.” Yak!! Minho baboya!! Mengapa kau malah berkata seperti itu??

 

“Ohh. Pulanglah, kau pasti lelah. Aku bisa sendiri.”

“Anii. Aku mau menemanimu. Bolehkan??”

“Pulanglah!! Aku tidak mau mebuat yeojachingu mu marah.”

“Mwo?? Yeojachingu??” Yeoja chingu?? Siapa yang di maksud Hami??

“Emm, yeoja manis yang berambut ikal. Yang waktu itu menciummu di kantin. Dia yeojachingumu kan??” Aku mencoba mencerna kata-kata Hami.

“Haahaa.. Hamii-aah. Dia bukan, apa kau cemburu padanya??”

“Mworago?? Cemburu?? Anii.. Tentu saja tidak.” Tiba-tiba saja wajah Hami bersemu merah. Apa benar dia cemburu??

 

“Apa yeoja yang kau maksud Lala??”

“Molla, aku tidak mengenalnya.” Jawab Hami cuek. Aku rasa dia salah paham.

“Hami-ahh, dia adikku. Bukan adik kandungku sie. Tapi aku menyayanginya.”

“Mwo?? Jincha??”

“Emm, ne. Yasudah, sepertinya aku mengganggumu di sini. Aku pulang. Annyeong.”

 

 

Hari ini entah mengapa aku bergairah untuk pergi sekolah. Aku bangun sangat pagi dan langsung bergegas ke rumah Hami untuk menjemputnya. Aku belum pernah menjemputnya. Tapi aku harap dia tidak marah aku menjemputnya.

 

Aku sampai di rumah Hami. Sepi. Aku memberanikan diri bertanya kepada tetangga Hami.

 

“Annyeong, ahjumma. Apa kau tahu kemana Hami pergi??”

“Ohh, Hami dan Oppanya pagi-pagi sekali pergi ke bandara.”

“Mwo?? Bandara??”

“Ne, mereka akan pergi seoul untuk pengobatan Gara. Wae??”

“Anii. Kamsha Hamnida ahjumma.”

 

Aku langsung mengegas motorku menuju bandara. Hami, wae?? Wae kau pergi ke seoul?? Tanpa memberitahuku …

 

Author POV

 

Minho segera berlali mengelilingi bandara mencari Hami. Dan akhirnya, Minho menemukan Hami dan oppanya serta kedua orang tua Hami.

 

“HAMI” Minho meneriakkan nama Hami. Spontan Hami menoleh dan terkejut menyadari minho yang memanggilnya.

 

“Minho?? Mw.. Mwo haeyo??”

“Kau, apa kau akan pergi ke Seoul??”

“Anii, aku hanya mengantarkan Oppa dan orang tuaku saja. Aku tetap di sini. Wae??”

“Jinchayo??” Minho bernafas lega, ternyata salah, Hami tidak ikut pergi ke Seoul.

 

“Wae?? Wae kau menyusulku ke sini??”

“Ah?? A Anii.”

“Kau takut kehilangan aku ya??”

“Anii.. Tentu saja tidak.”

“Lalu??”

“Aku.. Aku hanya mau kau mengembalikan jaketku sebelum kau pergi.”

“Mwo?? Kau menyusulku kemari hanya untuk itu??”

“Emm, ne. Wae??”

“Aish, gotjimal!! Pulanglah. Aku tidak mau melihatmu.” Hami meninggalkan Minho dan mengantar oppa beserta kedua orang tuanya karena pesawat orang tuanya akan berangkat.

 

 

“Hami-aah.”

“Minho?? Apa yang kau lakukan?? Bukankah aku sudah menyuruhmu pulang??”

“Aku.. Emm.”

“Wae??”

“…”

“Aku pulang.”

“Anii. Chakamman, ada yang ingin aku katakan.”

“Shirruh. Aku tidak mau mendengarnya.” Hami terus berjalan meninggalkan Minho.

 

“Hamii-Ah,” Minho berdiri di depan Hami dan mengenggam tangan Hami.

“Hamii-aah,”

“Wae??”

“Emm,”

“Minho-ya. Sesusah itukah??”

“Eh?? Mwo??”

“Saranghae. Sesusah itukah mengatakan kata itu??”

“Hamii-ahh, kau mencintaiku juga??”

“Emm, saranghae. Wae??”

“Anii. Hanya saja.”

“Hanya saja apa??”

 

Minho hanya diam memandang wajah Hami. Tiba-tiba saja Minho mendekatkan wajahnya pada wajah Hami, dan

 

CUP

 

Minho mencium bibir Hami. “Hami-aah, saranghae. Jeongmal saranghaeyo. Maukah kau menjadi kekasihku??”

“Emm, ne. Nado saranghanda Choi Minho.”

 

Minho memeluk Hami. Hami pun membalas pelukan Minho dengan hangat.

 

Fin♡

5 Comments (+add yours?)

  1. Princess Lyanaminhoflamecharisma Syifana
    Apr 04, 2011 @ 09:30:00

    Laaaaaa.. Onnie udc baca 😀
    Onnie suka, tp Minho paboya.. K’dl’n cwe na dr dia.. ㅋㅋㅋ

    Reply

  2. petalaala
    Apr 07, 2011 @ 21:51:37

    kkk~
    kan minho gitu onn orang’a agak jaim2 gimana gitu 😀
    gomawo uda baca onn #bow

    Reply

  3. ulanbenciantis
    May 07, 2011 @ 15:12:18

    Aaaa lala aku baru singgah ke wp mu. Mianhe :* popo aaaa ini so sweet la. Sweet banget.. Good job la . Minhonya sweet bgt. Aahaha. Ceweknya bukan km kan la (¬˛¬”)

    Reply

  4. shfly3433
    May 29, 2011 @ 11:10:01

    author bikin tentang yesung dong sama aku ._.

    Reply

Leave a comment